Ku rasa hati ini butuh ketenangan
Rasanya ingin aku sendiri, berdiri di tepi pantai menikmati hembusan angin sambil mendengarkan lagu lagu favoritku. Alangkah tenang dan tentramnya hati ini.
Aku tak tau kapan aku bisa sampai di sana, di tepi pantai indah dan sejuknya angin, aku ingin ke sana, sendiri.
Setiap aku termenung mendengarkan lagu lagu sendu, aku berpikir seolah aku berada di pantai itu, bersenandung lagu cinta. Aku membayangkan aku duduk di depan sebuah kaca besar disebuah villa indah, seolah tak ada batasan antara aku dan indahnya alam. Sekali lagi aku hanya berkhayal, dan semoga suatu saat nanti aku akan ada di sana.
My Stories
Senin, 02 November 2015
Jumat, 01 Mei 2015
6 Maret 2015
6 Maret 2015
Kampus malam ini agak sepi, karena ini adalah malam
sabtu. Sepulangnya dari kampus, aku dan kakak ku pergi ke Mega Legenda untuk
makan bakso, tapi bakso pak de sudah tutup. Jadi, kami memutuskan untuk membeli
dua potong kebab yang tempatnya berdekatan dengan tempak bakso tadi. Saat aku
sedang menunggu pesanan, aku duduk sambil melihat layar besar di depan yang
sedang memutar OVJ.
Di meja depan gerobak sate, seorang ibu tengah menemani
anakknya yang tengah menyantap sepiring sate dengan lontong dan kuah kacangnya.
Aku melirik – lirik sekeliling dan sesekali melihat kebab yang tengah dibuat. Dari
balik mobil, seorang anak laki – laki berpakaian jersei biru dengan membawa
setumpuk koran di tangannya tiba – tiba menyapaku.
”Kak, koran !” katanya dengan wajah memelas. Aku bilang
”tidak” ya, aku memang tidak berniat sama sekali untuk membeli koran yang
dibawanya.
”Belilah, Kak. Dua ribu aja.” katanya lagi. Aku
menatapnya dengan seksama, sekali lagi ia menawarkan koran tersebut kepadaku.
Aku pun menyerah untuk menolaknya.
”Berapa tadi ?” Kataku menanyakan kembali harga koran
tersebut.
”Dua ribu, kak” jawabnya singkat.
”Ada kembaliannya gak ?” Tanyaku lagi sambil
memperlihatkan selember uang sepuluh ribu.
”Ada” katanya singkat sambil merogoh tas kecilnya yang
sepertinya berisi beberapa uang kecil hasil penjualan koran sebelumnya. Iseng-iseng
aku bertanya kepadanya ”Kamu sekolah ?” tentu saja aku bertanya dengan wajah
ramah.
”Sekolah, kelas dua SMP” katanya sambil mengeluarkan dua
lembar uang dua ribu rupiah. ”Kenapa dua ribu ?” tanyaku dalam hati, ”Kan
harganya dua ribu.” ternyata dia masih mengeluarkan selembar lagi, dan lagi.
”Ini kak, makasi ya, kak.” katanya dengan tersenyum. Aku
balik tersenyum, lalu aku terpikir, usianya sama dengan adikku, sama – sama
duduk di bangku kelas dua SMP.
Setelah ia belalu, ia berhenti di depan layar besar
sambil menonton OVJ. Aku melihatnya lagi, muncul pertanyaan dalam benakku.
”Bagaimana anak sekecil itu bisa berjualan koran di malam yang sudah agak larut
ini ? bukankah seharusnya dia berada di dalam kamarnya mengerjakan pr ataupun
beristirahat untuk sekolah besok ?”
Benar, itulah yang seharusnya dia lakukan di malam hari
begini. Tapi itulah, nasib orang beda – beda, liat saja dia yang masih kecil
begitu harus mencari uang mungkin untuk menafkahi keluarga ataupun sekedar
menambah uang jajan. Sementara adikku, tertidur manis di kamarnya –
beristirahat untuk sekolah besok, nasib dan jalan hidup setiap orang memang
berbeda.
Aku sedikit prihatin dengan keadaan yang seperti itu,
sungguh sangat tidak adil bagi mereka orang –rang yang serba kekurangan,
bekerja keras untuk membiayai hidup jika dibandingkan dengan orang – orang
berada, pejabat, kaum – kaum elit yang bahkan berfoya – foya untuk
kesenangannya sendiri dengan uang rakyat yang miskin tadi, sangat miris.
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib – nasib
rakyatnya yang memiliki pendapatan menengah ke bawah. Terlebih untuk anak –anak
yang seharusnya dapat merasakan pendidikan yang layak. Bukankah fakir miskin
dan rakyat terlantar merupakan tanggung jawab dan tanggungan negara ? kemana
para petinggi – petinggi negara ? Saya rasa tidak hanya saya yang menyaksikan
kehidupan yang seperti itu, setia orang bisa melihatnya, di simpang-simpang
pemberhentian lampu merah hampir selalu ada anak – anak oper koran maupun
pengamen dan tukang minta – minta.
New Story, New Man
Semalam gurauanmu, hari ini tatapanmu, besok apa lagi ?
Tak pernah aku menaruh harapan setinggi ini, hingga
khayalku sampai ke batas akhir, pernikahan. Mungkin karena aku sudah mulai
dewasa, aku telah mendengar banyak kisah hidup tentang cinta, kesuksesan dan
kebahagiaan.
Harapanku kau juga rasakan apa yang aku rasakan, agar
berbalas. Harapku kau mengerti
isyarat kebisuanku.
Aku sadar in semua masih terlalu cepat, masih di awal,
tapi ntahlah harapku akan perasaan yang menggangguku begitu terasa nyata.
28 Oktober 2014
* * *
Saat pagi menyapa, aku masih dipenuhi harap tentangmu,
aku lalui hari dengan menahan rasa. Aku masih melihatmu layaknya dirimu,
tersenyum, menyapa dan tatapan mata itu, perlahan aku menyadari, apa aku
melampaui batas ?
Benar, kekhawatiranku ternyata benar.
Kini aku tau bahwa kau telah mencintai yang lain, aku
memaklumi hal itu, dan itulah yang seharusnya memang aku pahami sejak dulu.
Lalu aku tersenyum, bodoh !! setelah aku pahami lagi, setelah aku mencoba untuk
tenang, aku dapati rasa sesak di dada. Ternyata rasanya semakin sesak, mataku
mulai berkaca-kaca, ”Benarkah rasa ini ? mengapa sakit begini ? dia bukan
siapa-siapa !!” kataku dalam hati merutuk pada diriku sendiri.
Yang tak pernah berhenti aku tanyakan dalam hati, kenapa
bisa sejauh ini ? kenapa bisa ada rasa ? padahal sikapnya hanya biasa-biasa
saja. Tuhan !! bantu aku.
Aku telah mencoba untuk tidak mencintai dia sejak awal,
sebab aku telah memprediksi kemungkinan aku akan suka padanya. Dan itu
berhasil, hingga jum’at lalu ia tersenyum penuh arti padaku. Dan semua pertahanan
yang aku ciptakan seolah runtuh dan tak berarti. Aku bingung, apa aku yang terlalu
bodoh atau terlalu lugu ? hingga dengan mudahnya menaruh hati dan harapan pada
sesuatu yang tak pasti.
Sekarang apa ? yang kudapati hanya sakit
”Ini terlalu cepat, masih di awal” kataku.
”aku bisa memperbaiki ini semua” lagi
Akan kucoba untuk memperbaiki ini semua, aku bertekad
esok hari aku harus mampu memungut reruntuhan pertahananku dan membangunnya
kembali, aku harus bisa.
Aku tak ingin tersakiti sekali lagi oleh hal bodoh
seperti ini lagi, Tuhan, Bantu aku !
29 Oktober 2014
Senin, 11 Maret 2013
First in March "He is come back"
Sudah beberapa minggu ini aku alami rasa yang aneh, bukan tentang kekosongan yang dulu pernah kuceritakan, tapi ini tentang seseorang yang sudah cukup lama tak pernah bertemu, lost communication with him. Dia seorang teman lama yang cukup mewarnai hidup ku, ceria, cerdas, nakal, baik hati, genit dan pemberani. oh, tidaaak !! aku rindu dia.
Aku selalu dihampiriya dalam mimpi, seseorang yg ku kira tak akan aku pikirkan lagi, tak akan aku bayangkan kembali. Namun, Dia kembali lagi. Menjadi sesorang yg indah untukku di dalam mimpi, aku jadi teringat sesalu tentang kisah nya bersamaku dulu.
Dalam mimpi itu, yang ada adalah teman-teman ku sekarang, namun hanya dia sendiri yang datang dari masa lalu, wajah-wajah yang lain hanya terlihat abstrak, hanya wajahnya yg terlihat jelas, masih dengan senyum dan kelakarnya yg dulu.
Ia duduk disampingku, menatap aku dalam, dengan mata cokelat terangnya yg indah, masih sama seperti dia yg dulu. Apa ini ? aku bertanya dalam mimpi-mimpi itu. Mengapa selalu ada dia ? Masih pertanyaan yg sama saat untuk yg kesekian kalinya aku bermimpi tentang nya. mimpi itu selalu indah. Indah bila bersamanya.
Bahkan, hari-hari ku aku lalui dengan mengkhayal tentangnya. Bagaimana jika dia benar-benar menghampiriku dalam nyata ? bagaimana jika dia memberi kabar dan sekedar say hello ? bagaimana jika dia kembali menjadi tawa di hari-hariku ? dan sayangnya, kini dia sudah menjadi kebiasaan di hari-hariku.
Memikirkanya saat belajar matematika, akuntansi, saat makan, dan terutama saat ingin tidur. Apakah aku akan bermimpi dengannya ? ntah kenapa aku jadi berharap :( Sebenarnya ini tak begitu buruk, hanya saja akan membuatku terpuruk dalam masa lalu yg indah, yg mana dia mungkin tak pernah memikirkan aku, memimpikan aku, dan mengingatku walau hanya sesaat.
Aku galau !! aku terbiasa tentangnya.
Tahukah hatiku galau
Tak tahu harus melangkah
Sejak pertama mata jatuh menatap
Hatiku tak pernah dusta
Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannnya Parah
Dirimu tak pernah untukku
Mencoba lupakan keinginan hati
Namun tak ingin ku menyerah
Tapi mengapa bila kumendekat
Rasanya semakin jauh
Bila cintaku ini salah
Cintaku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Diriumu tak pernah untukku
Ternyata . . .
Aku hanya bisa menggapaimu
Di mimpiku
Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimuuu. .
Tak pernah untukku. .
G A L A U
By. Yovie and Nuno
Kadang aku terpikir, banyak moment yg terlewatkan. Aku telah melewatkan semua kesempatan bersamanya, kesempatan yg ia tawarkan kepadaku.Tapi tidak sedikit pula moment indah yg ku dapat bersamanya, walau tanpa status, walau tanpa hubungan, walau tanpa ikatan, tanpa pengakuan. Tapi, aku menikmatinya.
"Coba saja . . " kalimat yg selalu terucap saat kita telah melewatkan kesempatan, itu bunyi penyesalan. Memikirkan seseorang yang telah lama tak berjumpa itu bodoh. Apa yg aku lamunkan? apa yg aku senyumkan dalam bayang ? apa yg telah dia lakukan padaku hingga kini aku mengingatnya ?
Tuhan !! Bantu aku melupakannya atau jika lebih baik, bertemu dengannya dan wujudkan mimpi-mimpi yg hadir di malam ku. memang pada akhirnya, aku tak bisa memilikinya, selalu begitu. saat aku hampir menggapainya, waktu menolak untuk itu, jarak memisahkan, kesempatan hilang, atau aku sendiri yg menghilang, menghilang mengikuti suasana hati.Mungkin dia hanya sebagai penghias tidur ku.
Aku selalu dihampiriya dalam mimpi, seseorang yg ku kira tak akan aku pikirkan lagi, tak akan aku bayangkan kembali. Namun, Dia kembali lagi. Menjadi sesorang yg indah untukku di dalam mimpi, aku jadi teringat sesalu tentang kisah nya bersamaku dulu.
Dalam mimpi itu, yang ada adalah teman-teman ku sekarang, namun hanya dia sendiri yang datang dari masa lalu, wajah-wajah yang lain hanya terlihat abstrak, hanya wajahnya yg terlihat jelas, masih dengan senyum dan kelakarnya yg dulu.
Ia duduk disampingku, menatap aku dalam, dengan mata cokelat terangnya yg indah, masih sama seperti dia yg dulu. Apa ini ? aku bertanya dalam mimpi-mimpi itu. Mengapa selalu ada dia ? Masih pertanyaan yg sama saat untuk yg kesekian kalinya aku bermimpi tentang nya. mimpi itu selalu indah. Indah bila bersamanya.
Bahkan, hari-hari ku aku lalui dengan mengkhayal tentangnya. Bagaimana jika dia benar-benar menghampiriku dalam nyata ? bagaimana jika dia memberi kabar dan sekedar say hello ? bagaimana jika dia kembali menjadi tawa di hari-hariku ? dan sayangnya, kini dia sudah menjadi kebiasaan di hari-hariku.
Memikirkanya saat belajar matematika, akuntansi, saat makan, dan terutama saat ingin tidur. Apakah aku akan bermimpi dengannya ? ntah kenapa aku jadi berharap :( Sebenarnya ini tak begitu buruk, hanya saja akan membuatku terpuruk dalam masa lalu yg indah, yg mana dia mungkin tak pernah memikirkan aku, memimpikan aku, dan mengingatku walau hanya sesaat.
Aku galau !! aku terbiasa tentangnya.
Tahukah hatiku galau
Tak tahu harus melangkah
Sejak pertama mata jatuh menatap
Hatiku tak pernah dusta
Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannnya Parah
Dirimu tak pernah untukku
Mencoba lupakan keinginan hati
Namun tak ingin ku menyerah
Tapi mengapa bila kumendekat
Rasanya semakin jauh
Bila cintaku ini salah
Cintaku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Diriumu tak pernah untukku
Ternyata . . .
Aku hanya bisa menggapaimu
Di mimpiku
Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimuuu. .
Tak pernah untukku. .
G A L A U
By. Yovie and Nuno
Kadang aku terpikir, banyak moment yg terlewatkan. Aku telah melewatkan semua kesempatan bersamanya, kesempatan yg ia tawarkan kepadaku.Tapi tidak sedikit pula moment indah yg ku dapat bersamanya, walau tanpa status, walau tanpa hubungan, walau tanpa ikatan, tanpa pengakuan. Tapi, aku menikmatinya.
"Coba saja . . " kalimat yg selalu terucap saat kita telah melewatkan kesempatan, itu bunyi penyesalan. Memikirkan seseorang yang telah lama tak berjumpa itu bodoh. Apa yg aku lamunkan? apa yg aku senyumkan dalam bayang ? apa yg telah dia lakukan padaku hingga kini aku mengingatnya ?
Tuhan !! Bantu aku melupakannya atau jika lebih baik, bertemu dengannya dan wujudkan mimpi-mimpi yg hadir di malam ku. memang pada akhirnya, aku tak bisa memilikinya, selalu begitu. saat aku hampir menggapainya, waktu menolak untuk itu, jarak memisahkan, kesempatan hilang, atau aku sendiri yg menghilang, menghilang mengikuti suasana hati.Mungkin dia hanya sebagai penghias tidur ku.
Sabtu, 16 Februari 2013
Ini Nyata !
Assalamu'alaikum Wr wb
Hari ini Sabtu, 16 Februari 2013. Kami telah kehilangan sosok orang tua yang mengasihi kami, aku cukup kenal dengan beliau, perawakannya yg baik dan ramah. Ayahanda dari teman kami. beliau telah berpulang ke pangkuan Ilahi dengan tenang, kami sempat kaget saat mengetahui meninggalnya beliau.
Saat itu kami masih berada di sekolah, tengah duduk di dalam kelas mengerjakan soal akuntansi yang guru kami berikan, kami masih bercanda bersama teman kami tersebut, masih dapat tertawa.
Seorang guru menghampiri teman kami, aku mengira teman kami akan diikutkan dalam lomba atau dipanggil oleh guru, namun ibu guru yuang tengah mengenakan seragam olah raga tersebut berkata "kamu, siap-sipa ya sebentar lagi mau dijemput!" ia heran, ada hal apa ia dijemput sepagi ini. karna penasaran kami menyarankan untuk menghubungi orang tuanya dirumah, mana tau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Setelah menelpon, kami hanya menunggu, "Umi kenapa ? kenapa, Mi ?" pertanyaan itu diulanginya sampai bebarapa kali, sepertinya tidak ada jawaban dari seberang. "Apa ?" sentak nya dengan kaget dan wajahnya terlihat sedih. air matanya mengalir tiba-tiba. Ada apa ? tanyaku dalam hati, mulai ada firasat tak enak.
Benar saja, "ayahku meninggal !" katanya dengan tersedu-sedu. Apa ? aku tak percaya, ayahnya masih muda dan sehat. aku tak dapat menaha air mata, begitupun dengan semua teman-teman kami. Ia langsung memelukku dan meracau "Ayahku, li. Ayahku !"
Aku masih ingat saat beliau mengatakan "teman anak oom, tandanya anak oom juga, jadi jangan nakal ya." Ah, aku jadi terbawa suasana. sedih meliputi kami semua.
Kami bersedih sekarang, ia harus berangkat ke Medan untuk melihat ayahnya yang terakhir kalinya. Semoga amal ibadah Almarhum diterima disisinya, dan keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan bersabar, Amiin
yang aku khawatirkan saat ini adalah bagaimana dengan orang tuaku ? aku tak akan sanggup hidup tanpa mereka. bagaimana kalau aku kehilangan mereka ? rasa takut terus mengitariku. aku masih terngiang-ngiang pesan ayahteman kami. Tuhan !! begitu cepat kau panggil beliau. Hamba berharap masih dapat bersama orang tua hamba dan orang-orang yg aku sayangi lebih lama lagi.
Hari ini Sabtu, 16 Februari 2013. Kami telah kehilangan sosok orang tua yang mengasihi kami, aku cukup kenal dengan beliau, perawakannya yg baik dan ramah. Ayahanda dari teman kami. beliau telah berpulang ke pangkuan Ilahi dengan tenang, kami sempat kaget saat mengetahui meninggalnya beliau.
Saat itu kami masih berada di sekolah, tengah duduk di dalam kelas mengerjakan soal akuntansi yang guru kami berikan, kami masih bercanda bersama teman kami tersebut, masih dapat tertawa.
Seorang guru menghampiri teman kami, aku mengira teman kami akan diikutkan dalam lomba atau dipanggil oleh guru, namun ibu guru yuang tengah mengenakan seragam olah raga tersebut berkata "kamu, siap-sipa ya sebentar lagi mau dijemput!" ia heran, ada hal apa ia dijemput sepagi ini. karna penasaran kami menyarankan untuk menghubungi orang tuanya dirumah, mana tau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Setelah menelpon, kami hanya menunggu, "Umi kenapa ? kenapa, Mi ?" pertanyaan itu diulanginya sampai bebarapa kali, sepertinya tidak ada jawaban dari seberang. "Apa ?" sentak nya dengan kaget dan wajahnya terlihat sedih. air matanya mengalir tiba-tiba. Ada apa ? tanyaku dalam hati, mulai ada firasat tak enak.
Benar saja, "ayahku meninggal !" katanya dengan tersedu-sedu. Apa ? aku tak percaya, ayahnya masih muda dan sehat. aku tak dapat menaha air mata, begitupun dengan semua teman-teman kami. Ia langsung memelukku dan meracau "Ayahku, li. Ayahku !"
Aku masih ingat saat beliau mengatakan "teman anak oom, tandanya anak oom juga, jadi jangan nakal ya." Ah, aku jadi terbawa suasana. sedih meliputi kami semua.
Kami bersedih sekarang, ia harus berangkat ke Medan untuk melihat ayahnya yang terakhir kalinya. Semoga amal ibadah Almarhum diterima disisinya, dan keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan bersabar, Amiin
yang aku khawatirkan saat ini adalah bagaimana dengan orang tuaku ? aku tak akan sanggup hidup tanpa mereka. bagaimana kalau aku kehilangan mereka ? rasa takut terus mengitariku. aku masih terngiang-ngiang pesan ayahteman kami. Tuhan !! begitu cepat kau panggil beliau. Hamba berharap masih dapat bersama orang tua hamba dan orang-orang yg aku sayangi lebih lama lagi.
Rabu, 16 Januari 2013
Thinking !!
Kematian seperti merasuk pada diri ini. aku tidak bermimpi, tapi aku dalam keadaan berbaring, menelungkup dengan wajah kutenggelamkan dalam bantal.
aku merasa ada yang hilang, jati diri.
aku seperti melihat kematian ku sendiri, aku berada ditempat dimana aku telah melaului hari hariku yang sangat berarti, aku melihat orang-orang yang ku kenal saat aku membuka beberapa pintu, mereka hanya tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahku. Ini seperti perpisahan, pikirku.
aku membuka pintu satunya lagi, dan berjalan agak jauh hingga aku dapati satu pintu, kubuka dengan perlahan "siapa yang ada di balik pintu ini ?" aku berfikir lagi. Ahh, kulihat sederet orang-orang yang sangat kusayangi, mereka ada yang tersenyum, namun ku lihat beberapa diantara mereka menangis haru, sangat menyedihkan. aku ingin menghapuskan air mata itu dan menggantinya dengan senyuman, tapi aku tak bisa. aku tak dapat meraih mereka. Tuhaan !!
aku harus berlalu ketempat lain, ntah kenapa seperti ada yang membawaku kepada mereka semua, kenangan, dan masa saat ini. Disini gelap, lalu muncul cahaya ntah dari mana, setelah aku mendekatinya ternyata ada pintu, cahaya itu berasal dari sebuah pintu yang terbuka, tepat didepannya terdapat anak tangga tang tinggi terlihat seperti tak berujung. tak ada jalan lain, aku menapakinya satu persatu.
aku sampai di puncak, ini seperti sebuah aula besar yang kosong, putih dan penuh cahaya, tiba-tiba orang yang kusayangi yang tadi telah kutemui berkumpul disini. mereka semua tersenyum, bahkan yang tadinya menangis sudah dapat tersenyum lebar, penuh keikhlasan. Aku bingung, sangat bingung, apa ini ? apa yang sebenarnya yg sedang aku alami ini ?
Aku dapat memeluk mereka satu persatu, ntah kenapa aku menangis tersedu-sedu, seperti ada sedih yang mendalam, seolah aku akan pergi dan dihantarkan oleh orang yang kusayang dan takkan pernah kembali. dalam pelukan orang yang kusanyang, aku menutup mataku karna sudah penuh dengan air mata, saat aku membuka mataku, aku berada disini, ditempat aku berbaring. dengan memeluk bantal.
aku melihat sekeliling dengan air mata yang mengalir deras dan napas yang tersengal-sengal. aku takut, apa yang aku lihat dan aku rasakan tadi ? apa aku melihat kematian ?
***
aku merasa ada yang hilang, jati diri.
aku seperti melihat kematian ku sendiri, aku berada ditempat dimana aku telah melaului hari hariku yang sangat berarti, aku melihat orang-orang yang ku kenal saat aku membuka beberapa pintu, mereka hanya tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahku. Ini seperti perpisahan, pikirku.
aku membuka pintu satunya lagi, dan berjalan agak jauh hingga aku dapati satu pintu, kubuka dengan perlahan "siapa yang ada di balik pintu ini ?" aku berfikir lagi. Ahh, kulihat sederet orang-orang yang sangat kusayangi, mereka ada yang tersenyum, namun ku lihat beberapa diantara mereka menangis haru, sangat menyedihkan. aku ingin menghapuskan air mata itu dan menggantinya dengan senyuman, tapi aku tak bisa. aku tak dapat meraih mereka. Tuhaan !!
aku harus berlalu ketempat lain, ntah kenapa seperti ada yang membawaku kepada mereka semua, kenangan, dan masa saat ini. Disini gelap, lalu muncul cahaya ntah dari mana, setelah aku mendekatinya ternyata ada pintu, cahaya itu berasal dari sebuah pintu yang terbuka, tepat didepannya terdapat anak tangga tang tinggi terlihat seperti tak berujung. tak ada jalan lain, aku menapakinya satu persatu.
aku sampai di puncak, ini seperti sebuah aula besar yang kosong, putih dan penuh cahaya, tiba-tiba orang yang kusayangi yang tadi telah kutemui berkumpul disini. mereka semua tersenyum, bahkan yang tadinya menangis sudah dapat tersenyum lebar, penuh keikhlasan. Aku bingung, sangat bingung, apa ini ? apa yang sebenarnya yg sedang aku alami ini ?
Aku dapat memeluk mereka satu persatu, ntah kenapa aku menangis tersedu-sedu, seperti ada sedih yang mendalam, seolah aku akan pergi dan dihantarkan oleh orang yang kusayang dan takkan pernah kembali. dalam pelukan orang yang kusanyang, aku menutup mataku karna sudah penuh dengan air mata, saat aku membuka mataku, aku berada disini, ditempat aku berbaring. dengan memeluk bantal.
aku melihat sekeliling dengan air mata yang mengalir deras dan napas yang tersengal-sengal. aku takut, apa yang aku lihat dan aku rasakan tadi ? apa aku melihat kematian ?
***
Langganan:
Postingan (Atom)